Tampilkan postingan dengan label Agresi Israel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agresi Israel. Tampilkan semua postingan

Putus Hubungan Dengan Israel

Qatar Putus Hubungan Dagang, Gerak Al Jazirah Dibatasi
Larang Wartawannya Meliput di Israel
[JP Online, Rabu, 04 Februari 2009]

DOHA - Sikap tegas pemerintah Qatar memutus hubungan dagang dengan Israel pada 16 Januari lalu berbuntut buruk bagi stasiun berita internasional Al Jazirah. Jaringan berita terbesar dan berpengaruh milik Qatar itu menjadi objek pelampiasan sakit hati Israel. Bila selama ini mereka bebas meliput di negara Zionis, kini kebebasan itu berbatas. Menurut seorang pejabat Israel, dilema bagi Al Jazirah tersebut tercipta akibat ulah pemerintah Qatar.

''Qatar sendiri yang membuat masalah karena sudah merusak hubungan dengan Israel. Qatar sendiri yang menciptakan masalah buat Al Jazirah,'' ujar sumber dari lingkungan pemerintah Israel kepada Agence France Presse kemarin (3/2).

Israel, tampaknya, benar-benar berusaha melumpuhkan biro Al Jazirah di Israel. Berdasar catatan BBC, negara yang mengagresi Palestina itu tidak akan memperpanjang visa dan surat izin para pekerja dan jurnalis Al Jazirah di Israel. Selain itu, akses jurnalis Al Jazirah untuk meliput konferensi pers atau pertemuan-pertemuan bakal dibatasi.

Selain persoalan politis, tersimpan misi di balik aksi menghalang-halangi stasiun Al Jazirah tersebut. Rupanya, Israel merasa kian terpojok oleh berita-berita Al Jazirah yang kritis dan pedas. Sampai-sampai mereka menjuluki stasiun berita tersebut sebagai corong Hamas.

Pada 16 Januari lalu, pemerintah Qatar mengumumkan pembekuan hubungan ekonomi dengan Israel. Tindakan itu sebagai bentuk protes terhadap invasi 22 hari Israel ke Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 1.300 jiwa dan memorak-porandakan wilayah terkucil itu.

Sikap tersebut diputuskan saat pertemuan puncak politikus Arab dan muslim di Doha. Dalam pertemuan darurat tersebut, di antara 22 negara anggota negara Arab, yang hadir hanya 13 negara. Arab Saudi dan Mesir menolak hadir. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bersama yang mengimbau semua negara Arab menghentikan semua upaya damai dan memutus hubungan dengan Israel.

Selain Qatar, negara yang memutuskan hubungan dengan Israel adalah Republik Islam Mauritania, negara yang berada di barat laut Afrika.

Pemutusan hubungan itu menyusul tindakan Venezuela dan Bolivia yang juga membekukan hubungan diplomatik dengan Israel dua minggu sebelumnya. Qatar dan Israel memang tak pernah menjalin hubungan diplomatik, tetapi hanya hubungan dagang. Perwakilan kedua negara selalu menggelar rapat dan pertemuan tiap tahun. Qatar juga satu-satunya negara kawasan Teluk yang menjalin hubungan dagang dengan Israel. Biro dagang Israel-Qatar terbentuk pada 1996. Sementara itu, Mauritania telah menjalin hubungan diplomatik penuh dengan Israel sejak 1999. (ape/ami)


Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

Hamas Tolak Gencatan Senjata

Hamas Tolak Gencatan Senjata
Hanya Taktik Licik Israel Kuasai Gaza
[JP Online, Minggu, 18 Januari 2009]

JERUSALEM - Babak baru konflik di Gaza dimulai Sabtu (17/1) malam waktu setempat. Kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert pada pertemuan tadi malam mendukung usul gencatan senjata sepihak bahwa Israel akan menghentikan penembakan setelah ofensif tiga pekan meski tanpa kesepakatan timbal balik dari Hamas.
SETELAH PUAS MEMBANTAI RATUSAN WARGA SIPIL, SETELAH KENYANG MENYANTAP DAGING-DAGING MANUSIA DI ATAS PANGGANGAN BARA API". (Adm)

Dalam ketentuan-ketentuan yang disepakati secara bulat itu, pasukan Israel akan tetap berada di wilayah Gaza selama kurun waktu yang tidak dijelaskan. ''Kabinet Israel memberikan suara yang mendukung gencatan senjata sepihak setelah penandatanganan memorandum di Washington dan kemajuan berarti yang dicapai di Kairo,'' kata seorang pejabat Israel yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP tadi malam. ''Pasukan Israel akan tetap berada di Gaza setelah gencatan senjata sepihak diberlakukan,'' lanjutnya.

Terobosan itu dicapai setelah Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni menandatangani sebuah perjanjian di Washington dengan Menlu AS Condoleezza Rice pada Jumat (16/1). Dalam perjanjian itu, AS setuju meningkatkan pengawasan untuk mencegah penyelundupan senjata ke Gaza. Menlu Tzipi Livni mengatakan, Israel akan mengabaikan gencatan senjata jika Hamas terus menembakkan roket. Sedangkan Menlu AS Condoleezaa Rice mengatakan, dirinya berharap agar langkah itu bisa membuat Gaza ''tidak lagi digunakan sebagai landasan penembakan'' untuk menyerang Israel.

Juru Bicara Pemerintah Israel Mark Regev kepada BBC mengatakan bahwa, tampaknya, ada dasar untuk mengumumkan gencatan senjata. ''Israel sudah mencapai tujuan yang diinginkan sehingga gencatan senjata bisa diterapkan,'' ujarnya.

Namun, keputusan kabinet Israel itu tidak menjamin konflik di Gaza berakhir. Pejabat Hamas Usama Hemdan mengatakan bahwa pihaknya akan melawan jika Israel meminta gencatan senjata unilateral di Gaza.''Gencatan senjata unilateral ini tidak bisa memberikan kepastian kapan Israel menarik pasukannya. Sepanjang Israel masih berada di Gaza, kami (Hamas, Red) akan melawan dan melakukan konfrontasi,'' tegasnya. Hemdan mengatakan, proposal Israel soal gencatan senjata unilateral hanya akal-akalan negara Zionis itu untuk mementahkan proposal Mesir dan menduduki Gaza.

Salah satu pemimpin Hamas Khaled Meshaal mengatakan, kelompoknya tidak akan menerima persyaratan Israel untuk menciptakan gencatan senjata.

''Meski Gaza dihancurkan, saya tegaskan, kami tidak akan menerima syarat apa pun dari Israel untuk gencatan senjata,'' ujarnya di Doha, Qatar, kemarin.

Sementara itu, para pemimpin Hamas telah kembali ke Kairo untuk melakukan perundingan lanjutan. Mereka berkeras, kesepakatan gencatan senjata harus dibentuk jika pasukan Israel ditarik dari Gaza dalam waktu seminggu dan blokade ke Jalur Gaza dihentikan. Para diplomat negara Barat mengatakan, traktat yang mengarah ke perdamaian bisa ditandatangani di Kairo akhir minggu ini oleh Perdana Menteri Israel Ehud Olmert, Presiden Otorita Palestina Mahmoud Abbas, dan Presiden Mesir Hosni Mubarak.

Sementara itu, pesawat tempur Israel menghujani wilayah Gaza Selatan dengan bom sebelum subuh kemarin. Pada saat yang sama, tank-tank Israel memuntahkan tembakan mortir dan menewaskan enam warga Palestina di satu sekolah milik Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Jalur Gaza Utara Sabtu siang.

Para petugas medis mengatakan, seorang wanita dan seorang anak tewas ketika mortir pertama menghantam sekolah yang dikelola Badan Pekerja dan Bantuan PBB, yang menjadi tempat bagi 4.500 warga Gaza berlindung dari pertempuran.

Dua Negara Bekukan Hubungan dengan Israel

Dua lagi negara membekukan hubungan dengan Israel sebagai protes atas serangan di Jalur Gaza. Kedua negara tersebut adalah Qatar dan Mauritania.

Perdana Menteri Qatar Sheik Hamad bin Jassem Al Thani menyatakan, Qatar memang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, namun menjalin hubungan di tingkat lebih rendah. Sehingga misi dagang Israel diizinkan beroperasi di Qatar. Qatar juga menerima para pemimpin Israel dalam konferensi-konferensi.

Dikatakan Hamad, misi dagang Israel di Qatar punya waktu sekitar sepekan untuk pergi dari negara tersebut. "Kami akan memberitahu kantor misi dagang Israel bahwa keberadaan mereka di sini tidak diinginkan sampai situasi membaik dan ada peluang lebih baik untuk perdamaian," kata Hamad yang juga Menteri Luar Negeri Qatar kepada wartawan di Doha, Qatar, kemarin.

Mauritania juga mengumumkan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel. Hal itu disampaikan Mauritania dalam pertemuan Liga Arab yang berlangsung di Doha. "Republik Islam Mauritania memutuskan menarik duta besarnya mulai Senin (19/1)," pernyataan resmi pemerintah Mauritania.

SBY: Lampaui Batas

Dari tanah air dilaporkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menilai bahwa dunia internasional tidak dapat lagi membiarkan kekejaman Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina berlanjut. ''Saat ini sedang terjadi tragedi kemanusiaan yang tidak pernah terbayangkan, ... sudah melampaui batas, sebuah tragedi yang tidak mungkin umat sedunia membiarkan,'' kata Presiden SBY di Hotel Bidakara, Jakarta, kemarin, menanggapi agresi yang berlangsung sejak 27 Desember 2008 tersebut.

Lebih lanjut, presiden mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya Dewan Keamanan PBB dalam mengeluarkan Resolusi No 1860 dan pengabaian resolusi itu oleh Israel.

Sidang Darurat Majelis Umum PBB kemarin hampir secara bulat memberikan suara untuk mendesak ''penghormatan penuh'' Resolusi Dewan Keamanan No 1860 yang menyerukan suatu gencatan senjata segera, bertahan lama, dan sepenuhnya dipatuhi. Terutama penarikan seluruh pasukan Israel dari Jalur Gaza. Resolusi lembaga tertinggi PBB yang beranggota 190 negara itu diadopsi melalui perdebatan berjam-jam dengan suara 142 menerima, enam menolak, dan sisanya abstein.

Pemerintah Indonesia secara mengejutkan bersikap abstain dalam pemungutan suara proses adopsi resolusi kemarin. "Indonesia memilih abstain karena posisi prinsip Indonesia bahwa resolusi itu tidak cukup keras mengecam Israel atas serangan kejinya ke Gaza," jelas Juru bicara Departemen Luar Negeri Teuku Faizasyah di Jakarta, mengenai posisi Indonesia tersebut.(Rtr/BBC/kim)

Israel Menggunakan Bom Terlarang Bermisil Fosfor

GAZA - Bukti-bukti kejahatan perang yang dilakukan Israel selama membantai di Jalur Gaza terus terkumpul. Yang terbaru, berupa rekaman video buatan Fida Qishta dari Pergerakan Solidaritas Internasional yang dilansir harian Inggris The Guardian kemarin (17/1) tentang penggunaan bom terlarang bermisil fosfor alias belerang.

Senjata itu digunakan Israel untuk membombardir permukiman sipil di Khan Younis pada Selasa lalu (13/1). Dokter yang merawat korban dan sejumlah saksi membenarkan tentang hal itu.

Ahmed Almi, dokter asal Mesir yang bertugas di Al-Nasser Hospital di Khan Younis mengatakan, akibat bom fosfor terlihat jelas di tubuh korban. Di antaranya, luka hangus hingga ke tulang. Dia menambahkan, bila terkena senjata itu, seluruh tubuh korban bisa hangus terbakar hanya dalam satu jam.

"Ini pertama saya melihat dampak buruk senjata kimia itu,'' katanya.

Efek lain, para korban yang tergeletak di Rumah Sakit Al-Nasser kini mengalami gangguan pernapasan akut. Ketika bom atau selongsong fosfor menyalak di udara, asap putih langsung menyebar. Lalu, perlahan-lahan turun bersamaan dengan menyebarnya partikel fosfat yang terkandung di dalamnya.

Bila tersentuh pada kulit, partikel fosfat akan menyebabkan luka bakar yang luar biasa. Asap mengandung racun fosfat itu juga menyebabkan radang pernapasan. Hujan partikel kimia akibat bom fosfor itu bisa mencakup areal seluas lapangan sepak bola.

"Selasa lalu Israel menembakkan bom fosfor ke arah warga (Khan Younis). Tentu saja mereka itu warga sipil,'' kata seorang sumber perempuan mengutarakan kesaksiaannya.

Israel menyangkal menggunakan senjata terlarang itu. Mereka berargumen tak mungkin mengunakannya karena telah menandatangani konvensi ketiga PBB. Konvensi itu berisi tentang pelarangan penggunaan bom fosfor.

Namun, bukti-bukti di lapangan berkata lain. Dari hasil analisis foto ledakan, para ahli mengatakan, hanya dengan melihat asap, sudah bisa dipatikan bahwa itu asap bom fosfor.

"Jelas sekali, sudah pasti itu (senjata fosfor),'' kata Marc Garlasco, seorang analis militer pada organisasi kemanusiaan yang mengaku sangat geram dengan tindakan Israel.

Kemarin (17/1) daftar kejahatan perang Israel bertambah. Dua bocah tewas diberondong peluru serdadu Israel, 14 warga lainnya luka-luka. Padahal, mereka tengah berlindung di kawasan netral, sekolah PBB. (ape/ttg)

[JP Online, Sabtu, 24 Januari 2009 ]
Obama Simpati Kepada Penduduk Gaza, Namun Jauhi Hamas

WASHINGTON - Sebagai pemimpin baru, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama sukses melakukan gebrakan lewat beberapa kebijakan yang berseberangan dengan pendahulunya. Namun, itu tidak semua. Sejumlah kebijakan lama yang sering membuat AS dikritik justru tetap dipertahankan.

Salah satunya adalah kebijakan untuk menjauhkan diri dari Hamas yang dicap sebagai kelompok teroris. Terbukti, dalam pembahasannya tentang Timur Tengah dan penunjukan utusan damai, pemimpin 47 tahun itu sama sekali tidak menyinggung Hamas. Justru, dia membela agresi 22 hari yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza. Obama menyebut aksi militer tersebut sebagai upaya membela diri atas serangan Hamas.

"Perdamaian abadi butuh lebih dari sekadar gencatan senjata jangka lama. Karena itulah, saya akan mempertahankan komitmen aktif untuk mengupayakan kedua negara hidup berdampingan dengan aman dan tenteram," papar Obama seperti dikutip Associated Press kemarin (23/1). Dua negara yang dia maksud ialah Israel dan Palestina.

Terkait dengan misi damainya untuk Timur Tengah, terutama Israel-Palestina, presiden ke-44 itu menunjuk George J. Mitchell sebagai utusan khusus. Agenda utama mantan ketua mayoritas Senat AS itu adalah mengawasi gencatan senjata di Gaza. Mitchell harus bisa memastikan, gencatan senjata tersebut terjaga seiring dilancarkannya misi damai Israel dengan dunia Arab.

Dalam kesempatan itu, Obama menyatakan simpatinya kepada penduduk Gaza atas agresi yang memorak-porandakan wilayah mereka. Lebih-lebih, dalam serangan udara dan invasi darat pasukan Zionis tersebut, tidak kurang 1.300 warga Gaza tewas, 400 di antaranya anak-anak. Sedangkan kerugian fisik yang ditanggung ditaksir mencapai USD 2 miliar (sekitar Rp 22,7 triliun).

Bersamaan dengan itu, Reuters melaporkan, Israel percaya diri bahwa AS di bawah komando Obama tetap tidak akan berdialog dengan Hamas. "Saya tidak yakin pemerintahannya akan bersepakat atau berdialog dengan Hamas," ujar penasihat senior Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Olmert kemarin. Pernyataan itu dipublikasikan setelah Obama dan Olmert berbincang lewat telepon.

Lebih lanjut, juru bicara yang merahasiakan identitasnya itu mengatakan bahwa berdialog dengan Hamas hanya akan membukakan gerbang kehancuran bagi Palestina. "Jika masyarakat internasional mulai membuka diri kepada Hamas, mereka pasti akan mengesampingkan pemerintahan yang moderat," terangnya yang mengacu kepada kepemimpinan Mahmoud Abbas.

Hamas yang merasa diabaikan Obama melancarkan kritiknya atas pemerintahan baru AS. "Alun harapan yang memuncak di hari Anda terpilih (sebagai presiden) terempas begitu saja karena Anda hanya diam menyaksikan pembantaian yang terjadi di Gaza," seru Mussa Abu Marzuk, deputi pimpinan politik Hamas, seperti dilansir Bloomberg. (hep/ami)


Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

Liga Arab Mana?

Bahas Gaza, Liga Arab Pecah Jadi Dua Kubu
[JP Online Jum'at, 16 Januari 2009]

DOHA - Hingga minggu ketiga invasi Israel ke Gaza, sama sekali tak tampak peran signifikan negara-negara Arab dalam penyelesaian konflik tersebut. Mereka malah saling bertengkar ketika hendak merundingkan jalan tengah perdamaian Gaza.

Akibat perbedaan tersebut, anggota Liga Arab kini terpilah menjadi dua kubu. Kubu pertama dikomandani Mesir dan Arab Saudi. Sementara itu, kubu lain dimotori Qatar dan Syria. Qatar ingin persoalan agresi Israel ke Gaza dibahas tersendiri dalam sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) pemimpin Arab, namun Mesir dan Arab Saudi menolak. Mereka menyatakan, persoalan Gaza sebaiknya dibahas bersamaan dengan pertemuan ekonomi pada Senin lusa (19/1) di Kuwait.

Hari ini Qatar mengundang para anggota Liga Arab di Doha untuk menggalang dukungan. Sebayak 14 negara menyatakan siap hadir. Namun, KTT itu baru bisa dilaksanakan jika diikuti 15 negara anggota.

Langkah Qatar itu berusaha dibendung Arab Saudi. Sebelum pertemuan Doha dilaksanakan, negara pimpinan Raja Abdullah tersebut akan menghelat pertemuan tandingan di Riyadh.

"Kami yakin pertemuan di Doha bakal mengecewakan Arab karena tanpa persiapan,'' kata Hassan Issa, mantan diplomat Mesir, seperti dilansir Reuters kemarin (16/1). ''Ada perbedaan di antara negara-negara Arab. Anda tak akan bisa menggelar pertemuan dalam atmosfer seperti ini. Itu bakal kontraproduktif."

Arab Saudi dan Mesir didukung Tunisia, Jordania, Iraq, Bahrain, Kuwait, dan Maroko. Bila demikian, berarti Qatar dan Syiria hanya punya 14 suara, kurang satu dari ketentuan Liga Arab. "Negara-negara Arab bakal susah menekankan tujuan kepentingannya, khususnya dalam kasus Palestina,'' sebut pernyataan resmi pemerintah Maroko.

Mesir, Arab Saudi, dan negara pendukung lainnya memang dikenal sekutu dekat Amerika Serikat. Mesir, negara tetangga Gaza, dikritik banyak pihak karena menutup rapat-rapat pintu perbatasannya dengan Gaza. Itu membuat penduduk Gaza tak punya pilihan lain, selain pasrah menyambut peluru Israel. Arab Saudi, sejak operasi Cast Lead diluncurkan Israel ke Gaza pada 27 Desember lalu, tak berkomentar sepatah kata pun. Jordania memang lantang mengkritik Israel. Namun, ketika roket meluncur dari perbatasan mereka ke permukiman Israel, pimpinan negara itu tergopoh-gopoh menyangkal.

"Arab sedang kacau-balau, sungguh sangat disesalkan dan merugikan", kata Amr Moussa, ketua Liga Arab.

Sikap pasif dan masa bodoh negara-negara Arab itu dikritik Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad Rabu (15/1). Lewat sepucuk surat yang dilayangkan kepada Arab Saudi, Ahmadinejad mendorong Raja Abdullah agar bangkit dari kebungkamannya dan menyuarakan perlawanan.

Sementara itu, pimpinan berpengaruh Hamas, Saeed Siam, tewas dihunjam peluru Israel kemarin (16/1). Siam adalah menteri dalam negeri pemerintahan Hamas sebelum digulingkan pada 2007. Dia merupakan orang penting ketiga dalam garis struktur kepemimpinan Hamas di bawah pemimpin Hamas Ismail Haniya dan mantan Perdana Menteri Mahmoud al-Zahar. (ape/ttg)

Kecam Arab yang Bungkam
TEHERAN - Sikap pasif dan masa bodoh mayoritas negara-negara Arab terhadap penderitaan Palestina, memicu kegeraman Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad. Dia kemarin melayangkan secarik surat kepada pemimpin Arab Saudi Raja Abdullah.

''Sayangnya, beberapa kawasan, negara Islam maupun Arab entah karena alasan apa dan dengan tersenyum puas, mendukung bahkan menoleransi genosida (pembunuhan masal) ini,'' tulis Ahmadinejad dalam surat yang dipublikasikan situs resmi presiden (www.presiden.ir). Surat itu disampaikan persis satu hari sebelum pemimpin Saudi mengimbau negara-negara kawasan teluk menggelar KTT pemimpin negara-negara Arab.

''Mereka (Arab) berharap agar (Hamas-Palestina) yang lemah itu akan hancur lalu menyerah pada tekanan penjajah,'' kritik Ahmadinejad.

Kecaman paling keras Iran memang ditujukan kepada Arab Saudi. Negara penghasil minyak terbesar dunia itu selama ini cenderung diam dan tak melakukan aksi apapun terkait serangan Israel ke Gaza. Kepada Raja Abdullah, Ahmadinejad mengatakan agar segera bangkit dari kebungkamannya dan tidak ragu melontarkan pandangannya tentang krisis di Gaza.

Dalam surat itu, Iran sekali lagi mengungkapkan prinsipnya untuk tidak mengakui eksistensi Israel. Selama ini, baik di forum-forum nasional maupun internasional, Ahmadinejad selalu secara tegas menyatakan, Israel seharusnya dihapus dari peta dunia.

''Dengan pertolongan Tuhan dan bersandar pada kekuatan perlawanan rakyat Gaza serta iman pada Tuhan, tanpa keraguan sedikitpun, rezim Zionis akan gagal dan sebentar lagi bakal runtuh,'' tulis Ahmadinejad.

Ahmadinejad tak hanya mengkritik negara-negara Arab, melainkan juga menyentil hati nurani serdadu Israel di lapangan. Kepada mereka Ahmadinejad menyerukan agar mengabaikan perintah serangan dari panglima mereka.

''Hei kalian para serdadu Zionis, mengapa kalian tega membunuh perempuan dan anak-anak tak berdosa? Kini saatnya kalian harus melawan dan mengabaikan perintah panglima kalian,'' ujar Ahmadinejad dalam pesan keduanya yang juga diposting dalam situs pribadinya.

Terpisah, pada Rabu lalu waktu setempat, Venezuela dan Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai bentuk protes.

Sebelum memutuskan hubungan diplomatik secara permanen, Venezuela sudah terlebih dahulu mengusir kedutaan besar Israel keluar dari Caracas para 5 Januari lalu.

Sementara pemerintah Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel selang beberapa jam sebelum Venezuela mendeklarasikan keputusannya.

Kepada beberapa diplomat di ibu kota La Paz, Presiden Evo Morales berencana bakal menekan mahkamah kejahatan internasional di Amsterdam untuk memproses pelanggaran kemanusiaan yang diperbuat serdadu Israel. (ape/ami)



Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

Merasa Membuat Amerika Aman

Merasa Membuat Amerika Aman
[JP Online, Sabtu, 17 Januari 2009]

WASHINGTON - Anjing boleh menggonggong sekeras-kerasnya, kafilah toh akan tetap berlalu. Pepatah itu sepertinya tepat disematkan kepada George W. Bush. Meski dikritik dari sana-sini atas berbagai kebijakannya yang mengerikan selama memerintah dua periode dan bahkan dicap sebagai presiden Amerika Serikat (AS) terburuk, politikus Partai Republik itu tak sedikit pun merasa menyesal.

Dalam pidato perpisahannya kemarin WIB sebelum menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada Barack Obama, Bush malah menepuk dada bahwa berbagai kebijakannya telah menjadikan AS aman. "Saya sudah mengikuti kata hati dan apa yang saya pikir benar. Anda boleh saja tidak sepakat, tapi Anda harus tahu, saya memang harus membuat keputusan sulit,'' kata Bush seperti dilansir CNN.

Prestasi membanggakan selama dua periode kekuasaan, menurut Bush, adalah penanggulangan serangan 11 September 2001. Kala itu, dua gedung lambang supremasi Amerika, World Trade Centre dan Pentagon, diserang. Sejak itu, perang antiterorisme resmi berkumandang di seluruh dunia.

Hasilnya, lanjut Bush, tak ada lagi ancaman berarti yang meneror Amerika. "Hasilnya bisa diperdebatkan, Sudah lebih tujuh tahun ini, tanah Amerika aman dari serangan teroris,'' kata Bush.

Aman di AS, tapi berdarah-darah di negara lain. Atas nama perang terhadap terorisme, AS menyerang Afghanistan, Iraq, dan Pakistan. Kampanye antiterorisme juga menimbulkan fobia kepada Islam, terutama di Eropa dan AS. Penjara Guantanamo dipenuhi mereka yang dilabeli teroris dan dibui tanpa proses pengadilan.

Berpidato selama 13 menit di East Room (ruang timur) Gedung Putih dan dihadiri 40 orang petinggi Amerika Serikat itu, Bush juga tak menyangkal bahwa banyak terjadi kemunduran selama masa kekuasaannya. "Seperti pemimpin sebelumnya, saya juga pernah mengalami kemunduran,'' kata Bush. Namun, dengan penuh diplomatis, Bush mengaku cukup mewarnai kebesaran Amerika Serikat.

"Ada beberapa hal yang memang saya lakukan secara berbeda demi perubahan. Saya selalu bertindak untuk kepentingan terbaik bangsa,'' lanjut Bush.

Tak lupa, Bush juga memuji sang calon pengganti yang akan dilantik pada 20 Januari. "Masa pelantikan Obama nanti adalah momen harapan dan kebanggaan seluruh bangsa kita," kata Bush.

Penyampaian pidato perpisahan sudah mentradisi di Amerika Serikat. Tepatnya, dimulai sejak turunnya George Washington pada 1877. (ape/ttg)

Kado-kado Di Akhir Jabatan George W. Bush






Biaya Pelantikan Obama Pecahkan Rekor, Rp. 1,8 Triliun
WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Barack Obama belum berhenti menciptakan sejarah. Setelah tercatat sebagai presiden kulit hitam pertama AS, tak lama lagi pemimpin 47 tahun itu bakal menjadi kepala negara dengan upacara pelantikan paling banyak menghabiskan dana. Presiden George W. Bush pun sampai mendeklarasikan status darurat.

Sebenarnya, bukan esensi pelantikan itu yang menelan banyak biaya. Melainkan, perayaan yang disertai pesta dansa dan arak-arakan. Konon, biayanya mencapai GBP 110 (sekitar Rp 1,8 triliun). Belum lagi, serangkaian ritual lain yang wajib menyertai upacara pelantikan tersebut. Salah satunya adalah keamanan. Dalam upacara penting seperti itu, AS bakal mengerahkan sebanyak mungkin pasukan keamanan dan intelijen.

Anggaran superbanyak di tengah krisis finansial global seperti ini, membuat Bush angkat suara. "Presiden mendeklarasikan keadaaan darurat di Distrik Kolumbia terkait pelantikan tersebut," ujar salah seorang Jubir Gedung Putih seperti dikutip Daily Mail kemarin (15/1). Tapi, sebelumnya, Bush sendiri dilaporkan meloloskan proposal anggaran pelantikan tersebut.

Jubir Obama berharap upacara dan pesta pelantikan di Washington itu akan dihadiri sekitar dua juta warga. Keinginan mantan senator Illinois tersebut membuat pemerintah kota Washington sebagai penyelenggara even kewalahan. Sebab, mereka harus menyediakan bujet ekstra menjelang, selama, dan pasca pelantikan. Bukan hanya untuk keamanan, tapi juga untuk akomodasi para tamu undangan dan artis pengisi acara.

Karena itu, sejumlah pejabat Washington DC dan negara-negara bagian sekitarnya mengajukan permohonan pinjaman dana ke Kongres AS. Mereka meminta pinjaman GBP 50 juta (sekitar Rp 816 miliar) untuk kepentingan tersebut. "Kami akan mengembalikan pinjaman itu setelah 20 Januari," ujar Wali Kota Washington Adrian Fenty. (hep/ami)



Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

Israel vs PBB (UNO)

Israel Hancurkan Markas PBB di Gaza
[JP Online, Jum'at, 16 Januari 2009 ]
KOTA GAZA - Serangan Israel di Jalur Gaza kian membabi buta. Kemarin pasukan Zionis itu menghancurkan markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Gaza yang digunakan ratusan pengungsi untuk mencari perlindungan. Padahal, pada hari yang sama Sekjen PBB Ban Ki-moon sedang mengadakan pertemuan dengan Menlu Israel Tzipi Livni di Tel Aviv untuk membicarakan masalah gencatan senjata.

Bom Israel juga menghancurkan rumah sakit, apartemen lima tingkat, dan kantor media massa di jantung Kota Gaza. Beberapa wartawan dikabarkan terluka parah. Hingga hari ke-20 agresi Israel, pihak kesehatan Gaza melaporkan, jumlah korban tewas mencapai 1.073 orang. Sekitar 355 adalah anak-anak dan 100 wanita. Sedangkan korban luka-luka mencapai 5.000 orang. Dari pihak Israel hanya 13 orang tewas, 10 di antaranya serdadu.

Melihat kantor PBB di Gaza dibom, Ban Ki-moon hanya bisa mengajukan protes ke pemerintah Israel. ''Saya protes keras dan minta penjelasan pada menteri pertahanan dan menteri luar negeri,'' kata Ban kemarin (15/1). Tapi, Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak hanya menganggap enteng masalah itu. Dia berkilah, itu hanya kesalahan teknis dan berjanji lebih melindungi fasilitas PBB.

Meski Kota Gaza terus dikepung, roket-roket Hamas tetap saja menghantam beberapa kawasan Israel. Dua roket yang diluncurkan Hamas dilaporkan menghantam Kota Ofakim di selatan Israel.

Sementara, lima roket lain diluncurkan ke arah Eshkol. Perlawanan pejuang Gaza pun belum surut. Pertempuran sengit terus terjadi di luar Gaza. Sebanyak 18 tentara Israel dikabarkan terluka dalam baku tembak di distrik Tal Al Hawa, selatan Gaza. Enam tentara terluka karena tank yang ditumpangi terkena tembakan roket antitank.

Pertempuran juga pecah di kota utara Jabaliya dan pasukan darat Israel yang dilindungi lusinan tank merangsek setidaknya satu kilometer memasuki kota selatan Khan Yunis. (AP/AFP/oki)

Jum'at, 16 Januari 2009 , 18:04:00
Dari Gaza Menuju Iran

MESKIPUN bukan siapa-siapa, saya turut mengucapkan beribu terima kasih kepada semua Anda di seluruh Indonesia dan dunia yang bersedia bersusah payah, berkeringat dan keluar biaya untuk melakukan unjuk rasa menentang dan mengutuk penyerbuan Israel ke Palestina di Gaza. Meskipun tidak bisa diandalkan di hadapan Allah, tetapi saya mendoakan semoga pengorbanan Anda semua diganjar Allah dengan tambahan rizqi melimpah, ketenteraman keluarga, kesejahteraan anak turun, serta terselesaikannya masalah-masalah apapun yang Anda hadapi.

Tidak penting apakah muatan unjuk rasa Anda itu tepat atau tidak. Tidak masalah demonya ke mana dan sasaran demonya siapa. Juga tidak persoalan pemahaman Anda semua dan saya melenceng atau tepat atas apa yang sesungguhnya terjadi di Timur Tengah. Yang penting Anda dan saya sungguh-sungguh berniat membela hamba-hamba Allah dari kedhaliman, setia mempertahankan “rahmatan lim’alamin”. Dan itu efeknya bukan hanya akan sampai ke Palestina, tapi insyaallah merupakan investasi bagi keselamatan keluarga kita dan kesejahteraan anak cucu kita kelak.

Dan yang lebih penting lagi : berkat ikhtiar Anda, sekarang Israel mengubah sikap dan program berikutnya. Berkat teriakan Anda semua yang bersambungan bersahut-sahutan dengan teriakan ummat manusia lain di seantero muka bumi, telah membuat Israel mengambil keputusan untuk – sesudah Palestina ini, membatalkan serangannya ke Iran.

Kalau yang di Gaza, itu bukan “pertandingan”, tapi pembantaian. Ayyamul malhamah atau Yaumul Malhamah, hari-hari pembantaian kalau pinjam istilah Nabi Muhammad SAW dulu setelah menaklukkan Mekah dan menjamin bahwa semua tentara musuh dimerdekakan, Yaumul Marhamah, Hari Kasih Sayang. Nah, kalau Israel jadi menyerang Iran, itu baru “duel”.

Israel memanfaatkan posisi “status quo” kekuasaan Pemerintahan Amerika Serikat. Obama belum tentu nanti akan bagaimana, tapi Bush pasti OK, karena toh sebentar lagi dia hengkang dan tak ikut menanggung akibat apa-apa. Ini bukan soal Israel-Palestina. Juga bukan Israel-Arab. Ini adalah perang dingin dan akan bisa jadi perang sungguhan antara Israel dengan Iran.

Minumlah seteguk air yang mengalir ke dalam badan kita diiringi doa oleh kedalaman hati kita. Duduk rileks. Tarik napas panjang. Kita luangkan sedikit waktu untuk menabung pembelajaran tentang itu semua. Pelan-pelan, tidak dengan kemarahan tapi dengan mesin ilmu dan ketenangan batin.

Katakanlah kita berpendapat bahwa saat-saat ini masalah nasional bangsa dan negara kita kalah urgen dibanding Gaza. Ok kapan-kapan kita perdebatkan lagi. Tetapi pasti bahwa kalau bisa jangan seorangpun dalam kehidupan ini pernah berbuat sesuatu, membela sesuatu, melawan sesuatu, apalagi sampai ke tingkat pertentangan kelas dunia – tanpa terlebih dahulu mempelajari segala sesuatunya dengan objektif, waspada dan dewasa.

Kalau Gaza itu perang Agama, antar pemeluk Agama apa? Yahudi lawan Islam? Kalau ini petanya, bagaimana dengan orang Yahudi yang beragama Islam dan orang bukan Yahudi yang beragama Yahudi? Apakah Israel representasi formal dari Agama Yahudi dan juga Ras Yahudi? Bagaimana dengan teman kita orang Indonesia, Muslim, nikah dengan gadis Yahudi, asli Israel, dan tetap bukan Muslim – dan Islam tidak melarang teman kita itu berposisi demikian?

Banyak sekali “korsluiting” dalam konteks itu. Apakah Israel sama dengan Yahudi? Apakah Yahudi sama dengan Zionis? Apakah Zionis sama dengan Israel? Apakah rakyat Israel sama dengan Zionis? Kita pening kepala kalau muter-muter di situ. Kalau ditambah Kristen lebih pecah lagi kepala kita. Kristen Katholik atau Protestan? Apakah pemeluk Agama Yahudi satu pihak dengan pemeluk Kristen? Istrinya almarhum Yasser Arafat yang Nasrani kita apakan?

Kalau pokoknya kita anggap saja Ummat Islam musuhan sama orang Kristen dan Yahudi, lantas apa saja langkah-langkah Ummat Islam? Membunuhi mereka di mana saja ketemu? Di perumahan tempat tinggal kita, di pasar, di kantor? Boikot seluruh produk orang Kristen? Kita pantang naik pesawat yang bukan bikinan Ummat Islam? Pantang pakai handphone, komputer, kulkas, celana jeans? Kita kosongi rumah kita, Masjid kita, kantor kita, sekolahan kita, dari segala macam unsur yang ada hubungannya dengan Yahudi dan Kristen?

Terutama Anda yang sangat mencintai Rasulullah Muhammad SAW, menangis di Raudlah, beriktikaf di Masjidil Haram, ingin naik Haji tiap tahun, sesekali cobalah jawab pertanyaan awam seperti ini: Arab Saudi itu “musuhan” sama Israel ataukah “kompak”? Hati kita cukup kuat mungkin untuk mengucapkan bahwa Arab Saudi selalu OK dengan Amerika Serikat, keluarga ben Laden yang memborong penyelenggaraan haji mulai tahun kemarin bukan benar-benar punya anak bernama Osamah yang merupakan musuh utama Amerika Serikat.

Tetapi hati kita masih sangat rapuh untuk mengakui bahwa memang tidak benar-benar ada tanda bahwa Arab Saudi itu bermusuhan dengan Israel. Bagiamana kalau Anda ditamui orang dan melaporkan: “Israel sudah berunding dengan Saudi Arabia, Syria dan Mesir sekitar Juli 2008 tentang rencana penyerbuan ke Gaza sebagai pemanasan sebelum menyerbu Iran. Ketiga Negara Arab Islam itu sudah menyetujui atau merestui, sebagaimana dulu Irak diserbu”.

Maka ada baiknya kita mulai belajar memahami masalah secara objektif meskipun menyakitkan. Yang dekat-dekat dulu: bangsa kita sudah mampu mencapai kualitas bagus dalam hal memilih Ketua RT. Sekarang kita belajar lebih tinggi: belajar memilih Lurah, sampai besok-besok sekitar tiga era lagi insyaallah kita akan punya kemampuan kualitatif untuk memilih Presiden.[]

[AFP PHOTO /MOHAMMED ABED]
KORBAN PERANG: Anak-anak Palestina antre mendapat giliran jatah makan dari seorang donatur kaya warga Gaza di sebuah sekolah PBB di kamp pengungsi Jabaliya, Gaza Utara, kemarin.




Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

Perpecahan Kabinet Israel

Perpecahan Kabinet Israel
[JP Online, Kamis, 15 Januari 2009]
Menlu dan Menhan Minta Gencatan Senjata, PM Ingin Perang Diteruskan

JERUSALEM - Dari luar, Israel seperti tak bergeming terhadap derasnya tekanan internasional yang menghendaki mereka berhenti membantai di Jalur Gaza. Tapi, di dalam negeri mereka, negeri Zionis itu ternyata tak sekukuh dan sesolid yang diperkirakan banyak pihak.

Sebagaimana dilansir harian Inggris The Independent kemarin (14/1), perpecahan mulai menghinggapi kabinet pemerintahan negeri Yahudi itu. Tiga sosok yang paling bertanggung jawab terhadap penyerangan ke Gaza berseberangan pendapat. Menteri Luar Negeri Tzipi Livni dan Menteri Pertahanan Ehud Barak dilaporkan menghendaki gencatan senjata segera diadakan. Namun, Perdana Menteri Ehud Olmert bersikeras agar perang dilanjutkan.

Livni maupun Barak sama-sama kandidat kuat menjabat perdana menteri jika partai masing-masing menang pada pemilu 10 Februari mendatang. Livni, ketua umum Partai Kadima, dari awal sudah menyatakan tidak akan berdamai dengan Hamas.

Tapi, tekanan PBB dan dunia internasional membuat perempuan 48 tahun itu mulai berubah pikiran. Dia kini menginginkan gencatan senjata dengan syarat Hamas harus menghentikan serangan roket ke wilayah Israel. Jika Hamas menolak, barulah serangan lebih besar dilanjutkan ke Gaza.

"Sekarang kalian mengerti. Jika berani menyerang wilayah kami, balasannya bisa lebih kejam dan ini bagus," kata putri mantan agen Mossad (dinas rahasia Israel) itu yang ditujukan kepada Hamas seperti dikutip BBC.

Di sisi lain, Ehud Barak, pemimpin Partai Buruh, mengatakan bahwa gencatan senjata dengan Hamas sebaiknya segera ditempuh lewat bantuan mediasi Mesir. Hanya, kata dia, kesepakatan tunggal di Kairo tak menjamin bakal terjadi perdamaian selamanya.

Sementara itu, Olmert menolak membeber alasan di balik sikap ngototnya untuk melanjutkan agresi. Mark Regev, juru bicara Olmert, hanya mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan hukuman bagi Hamas.

Jawaban justru datang dari kolumnis senior dan berpengaruh Israel Ben Caspit. Menurut dia, Olmert berkepentingan memperpanjang perang agar pelaksanaan pemilihan umum bisa ditunda. Dengan demikian, Olmert pun mendapatkan bonus tambahan masa tugas.

Selain itu, lanjut Caspit, dengan menumpas Hamas dan kemungkinan menyelamatkan Gilad Shalit -serdadu Israel yang diculik Hamas- Olmert ingin mencatat, dalam bahasa Caspit, "prestasi yang benar-benar bersejarah".

"Jika (prestasi yang benar-benar bersejarah) itu bisa diwujudkan, Olmert juga punya peluang lolos dari jerat kasus korupsi yang ditudingkan kepadanya," tulis Caspit di kolomnya di koran beroplah terbesar Israel, Yediot Aharonot.

Usamah bin Laden Serukan Rebut Al-Aqsha
KOTA GAZA - Pucuk pimpinan Al Qaidah Usamah bin Laden menyerukan agar umat muslim berjihad untuk menghentikan serangan Israel ke Jalur Gaza. Melalui rekaman suara, selain menyerukan jihad, Usamah juga menyesalkan pemerintah Arab yang mencegah aksi penduduknya untuk menyuarakan kemerdekaan Palestina.

Berita rekaman suara Usamah bin Laden itu disebarkan dari situs Islam yang selama ini selalu menyebarkan rekaman suaranya. Pusat Intelijen Amerika Serikat menyatakan bahwa suara rekaman yang dikirimkan kemarin dipastikan keotentikannya. ''Hanya ada satu jalan untuk membawa kembali Al Aqsa dan Palestina, dan itu adalah jihad di jalan Allah," ujarnya.

Dalam rekaman sepanjang 22 menit itu, Usamah juga menyebut calon musuh besarnya, presiden terpilih AS Barack Obama, akan mendapat warisan masalah yang sangat berat dari George W. Bush. ''Sekarang Amerika telah menjadi pengemis dan ke depan akan semakin tidak berdaya," katanya merujuk pada krisis finansial yang menghancurkan perekonomian AS. Usamah menegaskan, kebangkrutan ekonomi itulah yang mendorong AS mendukung Israel menggempur Gaza untuk mengalihkan perhatian dunia.

Menanggapi kemunculan kembali musuh besarnya, Gedung Putih menuding dirilisnya lagi pidato Usamah tersebut semakin menunjukkan bahwa terdakwa otak serangan ke WTC pada 11 September 2001 itu telah terisolasi. ''Rekaman itu hanya demonstrasi bahwa dia semakin terisolasi serta ideologi, misi, dan agendanya semakin ditentang dunia," ujar Juru Bicara Gedung Putih Gordon Johndroe kemarin. Terakhir rekaman pidato Usamah muncul pada Mei 2008, saat Israel memperingati hari berdirinya ke-60. Pada rekaman itu, Usamah juga menyerukan kemerdekaan Palestina.

Dari medan tempur di Gaza, tiga roket dari Lebanon kembali menghantam wilayah Israel Utara kemarin (14/1).�Itu adalah insiden serupa kedua sejak Israel menyerbu Jalur Gaza yang sudah berlangsung 19 hari.

Polisi Israel mengatakan, roket itu jatuh ke wilayah terbuka di kota Kiryat Shemona dan tidak ada laporan korban jiwa. Warga Israel di wilayah utara sudah diminta mengamankan diri menuju perlindungan bom.

Empat roket dari Lebanon juga mendarat di Israel Utara, Kamis (8/1) lalu. Pejuang Hizbullah yang bermarkas di Lebanon membantah menembakkan roket-roket tersebut. Kelompok-kelompok pejuang Palestina berskala kecil yang juga bermarkas di Lebanon diduga menjadi pelakunya.

Para pejabat Israel mengungkapkan kekhawatirannya bahwa para milisi di Lebanon berusaha melibatkan diri sebagai bentuk solidaritas atas serangan Israel terhadap wilayah Hamas di Gaza. Para pejabat Lebanon mengatakan, tentara Israel langsung membalas tembakan roket itu dengan menembakkan mortir ke Lebanon Selatan. Militer Israel mengatakan, tembakan tersebut diarahkan ke sumber peluncuran roket.

Sementara itu, pesawat-pesawat tempur Israel terus menggempur wilayah Gaza. Dalam sebuah serangan, mereka menghantam kompleks pemamakan, tempat peluncuran roket, gudang senjata, dan terowongan di Jalur Gaza.

Kemarin Sekjen PBB Ban Ki-moon tiba di Kairo, Mesir, untuk mendesak Israel dan Hamas mematuhi resolusi gencatan senjata.Sejauh ini, sedikitnya 975 warga Palestina tewas dalam serangan Israel. Sebanyak 13 warga atau tentara Israel juga tewas, empat di antara mereka terkena roket dari Gaza dalam pertempuran sejak 27 Desember itu. (AP/BBC/Rtr/kim)

(JPNN.COM, Rabu, 07 Januari 2009 , 11:31:00)
Seberapa Luaskah Wilayah Gaza Itu?
Status Bukan Provinsi Bukan Negara Bagian

TIDAK lebih dari 500 kilometer persegi. Lebarnya hanya sekitar 10 kilometer dan panjangnya 50 kilometer. Kalau di Jatim, kira-kira hanya sama dengan dari Bangil ke Probolinggo. Lebarnya hanya sama dengan Probolinggo-Leces dan Bangil-Beji. Atau sama dengan dari Tanjung Kodok ke Tuban. Wilayah itu berbukit, tapi tidak bergunung. Dataran paling tinggi hanya 150 meter. Meski punya pesisir sepanjang 45 kilometer, seluruh akses ke Laut Tengah itu dikuasai Israel. Bandaranya juga dikuasai Israel. Satu-satunya batas yang bukan Israel adalah bagian selatannya sepanjang 12 kilometer: berbatasan dengan Mesir.

Meski Gaza ini bagian dari wilayah negara Palestina, kalau mau ke ibu kota harus melalui daratan Israel sejauh kira-kira 40 kilometer. Ini berarti orang Palestina di wilayah Gaza kalau mau ke wilayah Palestina yang lain di Tepi Barat harus mengantongi paspor dan harus mendapat izin Israel. Luas wilayah Palestina yang di timur (disebut Tepi Barat, karena letaknya di tepi barat Sungai Jordan) itu sekitar lima kali lebih besar dari Gaza. Di wilayah Tepi Barat ini penduduknya sekitar 2,5 juta orang. Dengan demikian, kalau Gaza dan Tepi Barat dijumlah, penduduk Palestina 4 juta orang (wilayah Gaza berpenduduk 1,5 juta).

Israel memang berjanji menyerahkan wilayah Palestina kepada orang Palestina secara bertahap. Mula-mula hanya Jericho, satu kota sebesar Kecamatan Tulangan (Sidoarjo, Jatim) di timur Jerusalem. Lalu sebagian lagi wilayah di utara Jerusalem. Lalu bagian lain Tepi Barat. Tiga tahun lalu barulah wilayah Gaza yang diserahkan. Masih banyak lagi yang mestinya diserahkan, tapi diragukan apakah Israel masih mau menyerahkan sisanya. Termasuk Dataran Tinggi Golan yang harus dikembalikan ke Syiria.

Sejak diserahkan ke Palestina tiga tahun lalu, status Gaza tidak jelas. Bukan provinsi, bukan juga negara bagian. Bahkan, antara Gaza dan Tepi Barat hampir tidak ada hubungan sama sekali. Baik hubungan transportasi maupun hubungan politik. Gaza seperti tidak ada hubungan apa-apa dengan pemerintah pusat di wilayah Tepi Barat.

Di wilayah Gaza hampir 100 persen penduduknya pengikut Hamas. Yakni, aliran yang tidak mau menggunakan jalan diplomasi dalam merebut semua wilayah Palestina. Hamas tidak percaya Israel mau secara suka rela mengembalikan wilayah Palestina, termasuk Jerusalem. Hamas pernah minta agar seluruh wilayah Palestina dan Israel itu jadi satu negara saja: Negara Palestina. Bahwa sebagian besar penduduk negara ”baru” itu beragama Yahudi, tidak apa-apa. Demokrasi yang akan mengatasi hubungan mayoritas-minoritas itu (Yahudi 7 juta, Palestina 4 juta). Israel menolak, karena khawatir lama-lama penduduk Arab (Palestina) akan mayoritas.

Kalau di Gaza penduduknya adalah pengikut Hamas, di Palestina wilayah timur (Tepi Barat) penduduknya mayoritas pengikut kelompok Fatah. Yakni, kelompok yang juga berjuang mengembalikan seluruh wilayah Palestina, tapi melalui jalan perundingan. Dua kelompok ini sering terlibat dalam perang bersenjata secara terbuka dan menelan banyak korban. Dengan demikian, meski Negara Palestina itu satu, pemerintahannya sebenarnya ada dua. Pemerintahan di Tepi Barat dipegang Fatah dan pemerintahan di Gaza dipegang Hamas.

Israel memang kelihatan tidak mau kehilangan kontrol. Wilayah timur (Tepi Barat) itu diserahkan ke Palestina tidak secara utuh. Wilayah Jericho, ibarat satu pulau kecil di tengah-tengah Israel. Wilayah utara juga seperti pulau besar di tengah-tengah Israel. Wilayah selatan juga berada di tengah-tengah wilayah Israel. Wilayah utara yang agak luas pun, bentuknya lucu karena banyak wilayah Israel yang menjorok ke wilayah Palestina di sana-sini.

Jadi, Palestina yang sekarang sebenarnya bukan terbagi dua wilayah (Gaza dan Tepi Barat), tapi terbagi empat atau lima wilayah yang tersebar di tengah-tengah negara Yahudi.(*)


Salam Persahabatan
ParaDIsE.group

Telaah Kritis Agresi Israel

Telaah Kritis Agresi Israel
Kemarin jam 22:33

Sejumlah pertanyaan sederhana sekitar masalah Palestina-Israel. Ini pertanyaan sederhana dan mohon jangan diartikan sebagai pembenaran atas agresi Israel terhadap Gaza. Saya tetaplah anti agresi itu, dan simpati saya selalu berpihak pada bangsa Palestina.

Tetapi ada manfaatnya jika kita menempatkan sesuatu dalam perspektif historis yang lebih luas sehingga kita lebih "dewasa". Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mengganggu saya sejak lama. Saya tak berpretensi bisa menjawabnya dengan tuntas dan tepat.

Menurut saya protes umat Islam terhadap negara Israel bukan sekedar karena negara itu mencaplok wilayah Palestina. Menurut saya, naif sekali jika kita membaca konflik Palestina-Israel ini sekedar sebagai masalah nasionalisme, pencaplokan wilayah secara tak sah, dsb.

Kalau umat Islam keberatan suatu negara mencaplok wilayah negara lain, kenapa dulu waktu Irak melakukan agresi terhadap Kuwait, simpati umat Islam justru lebih banyak berpihak pada Saddam Husain? Jika umat Islam keberatan pada urusan pencaplokan wilayah, kenapa dulu umat Islam di Indonesia tidak keberatan negara Indonesia meng-invasi Timor Timur? Kenapa umat Islam tidak protes sedikitpan pada perlakuan Cina atas Tibet belakangan ini?

Tetapi pertanyaan mendasar yang jauh lebih penting buat saya adalah fakta berikut ini. Sejarah Islam sejak awal, kalau kita mau jujur, adalah sejarah ekspansi wilayah dengan cara pencaplokan. Islam lahir di Hijaz lalu melakukan ekspansi dan pencaplokan wilayah keluar sehingga mencakup wilayah yang sangat luas sekali. Dalam sejarah dunia tidak ada agama yang berkembang dengan cara seperti ini kecuali Islam dan Kristen.

Ekspansi dan pencaplokan wilayah memang banyak terjadi dalam sejarah masa lalu. Tetapi ekspansi dan penaklukan wilayah yang dilakukan atas nama agama dan berlangsung secara kontinyu dalam waktu yang sangat lama hanya terjadi pada kasus Islam dan Kristen, dua agama yang sejak awal memiliki watak imperial, misionaris, dan ekspansif.

Kalau kita sebagai umat Islam mau jujur, kita harus mengakui bahwa seluruh wilayah yang sekarang dihuni oleh umat Islam, terutama di kawasan Arab, sekitar Laut Tengah, daerah Balkan, dan anak benua India-Pakistan adalah wilayah taklukan Islam. Dengan kata lain, wilayah yang dulu diperoleh karena proses pencaplokan melalui aksi militer. Memang ada dakwah damai melalui para ulama, kaum sufi, pedagang dan sebagainya. Tetapi misi dakwah berlangsung tidak secara independen. Ada aksi militer yang mendahului atau mengikutinya.

Sementara itu, agama Yahudi adalah agama yang kontras sama sekali dengan Islam, meskipun dari aspek orientasi ketaatan pada hukum ada kesamaan antara keduanya. Jika Islam adalah agama misionaris, imperial dan ekspansif, agama Yahudi kebalikan dari itu semua. Agama Yahudi tidak pernah berambisi untuk mendakwahkan agama itu di luar bangsa Yahudi sendiri dan ingin "menyelamatkan domba-domba sesat" seperti dalam Kristen.

Bangsa dan agama Yahudi juga tidak pernah berambisi melakukan ekspansi wilayah. Ide keyahudian terikat pada wilayah kecil sebagai fondasi agama itu, yaitu Yerusalem dan kawasan di sekitarnya yang sama sekali tidak siginifikan dibandingkan dengan luasnya wilayah yang pernah dicaplok oleh umat Islam di zaman lampau.


Ini yang menjelaskan kenapa bangsa dan umat Yahudi hanya berjumlah tak lebih dari 15 juta hingga saat ini. Bandingkan dengan jumlah umat Islam yang mencapai sekitar 1,2 milyar di seluruh bumi. (Catatan: ini belum ditambah bangsa jin yang konon menurut umat Islam juga ada yang beragama Islam pula). Watak Islam sebagai agama yang misionaris, imperial dan ekspansif tercermin dalam luasnya wilayah yang dihuni umat Islam saat ini, serta keragaman etnik dan bangsa yang memeluk agama itu. Ini juga terjadi pada agama Kristen.

Buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah Islam sudah tentu tidak mau mengakui fakta seperti ini. Sejarah ekspansi dan penaklukan Islam disebut sebagai "futuhat" atau pembukaan. Ini jelas semacam eufemisme. Seolah-olah wilayah yang dihuni oleh bangsa -bangsa non-Islam sebelum Islam datang itu adalah wilayah gelap. Ekspansi Islam dibaca sebagai pembukaan wilayah itu terhadap "sinar" kebenaran Islam. Cara membaca sejarah semacam ini persis dengan justifikasi imperialisme Eropa barat di masa lampau sebagai proses "sivilisasi". Tak ada bedanya sama sekali.

Ini juga tak beda dengan justifikasi agresi Amerika ke Irak saat ini sebagai cara untuk menyebarkan demokrasi di Timur Tengah. Kita tahu, semua agresor di manapun selalu memakai "senjata simbolik" untuk membenarkan agresi mereka, entah melalui agama, filsafat, tradisi, atau memori tertentu.

Yang mengganggu saya adalah umat Islam saat ini protes dengan begitu gigihnya terhadap pencaplokan Israel atas tanah Palestina, tetapi tidak pernah sedikitpun terganggu dengan masa lampau mereka yang penuh dengan agresi dan aksi pencaplokan pula. Apa yang diambil Israel saat ini dari tanah Palestina tak ada apa-apanya dibanding dengan luasnya wilayah yang ditklukkan oleh umat Islam di masa lampau.

Sama dengan Presiden Bush yang beberapa waktu lalu protes terhadap kebijakan pemerintah Cina di Tibet, tanpa sadar bahwa apa yang dilakukan oleh Cina di Tibet juga diakukan oleh Amerika di Irak saat ini. Apakah Presiden Bush tidak malu dengan "double-speak" seperti itu?

Pertanyaan ini sengaja saya angkat supaya kita bisa menempatkan konflik Palestina-Israel saat ini dengan lebih seimbang. Saya hingga sekarang masih percaya bahwa masalah Israel di mata umat Islam bukan sekedar masalah geografi dan perluasan wilayah. Masalah sebenarnya ada di luar itu, yakni konstruksi keyahudian di benak umat Islam sendiri yang dibentuk melalui ajaran agama dan tafsirnya yang sudah berkembang sejak berabad-abad. Menurut saya, "sedimentasi simbolik" semacam itu (kalau boleh memakai istilah yang mungkin agak kurang jelas artinya ini) ikut memperumit penyelesaian masalah Israel hingga sekarang. Hal serupa juga terjadi pada pihak bangsa Yahudi sendiri.

Anda bisa membayangkan bagaimana psikologi sebuah bangsa yang jumlahnya tak lebih dari 15 juta orang berhadapan dengan sebuah umat yang jumlahnya tak kurang dari 1,2 milyar, sementara umat yang "gigantik" itu dibentuk oleh sebuah ajaran yang kalau tidak benci minimal kurang bersahabat dengan bangsa dan agama Yahudi.

Tulisan ini sengaja saya kemukakan sebagai otokritik pada umat Islam. Dengan mengatakan ini semua, saya tak menolak bahwa komplikasi masalah Palestina-Israel ini juga ada dan disebabkan oleh pihak-pihak lain, antara lain dukungan Amerika yang nyaris tidak kritis pada Israel. Di mata pemerintah Amerika, Israel seperti "can do no wrong". Para Zionis, termasuk Kristen-Zionis, di Amerika juga ikut terlibat dalam memperumit masalah Palestina ini. Ketidakberdayaan PBB dalam mengatasi sikap pemerintah Israel yang selama ini selalu melanggar sejumlah resolusi lembaga itu berkenaan dengan masalah Palestina, juga masalah tersendiri.

Masalah-masalah "eksternal" itu sudah sering dikemukakan oleh para analis, termasuk juga oleh umat Islam sendiri. Tetapi yang mempersoalkan "masalah internal" dalam umat Islam sendiri nyaris jarang sekali. Memang paling enak jika kita melempar masalah keluar ketimbang mengorek kelemahan dalam diri kita sendiri.

Oleh Ulil Abshar Abdalla (http://ulil.net/)
Lihat di
http://www.facebook.com/home.php?#/note.php?note_id=55099648713

NB: Baca tulisan saya, Jangan terdengar, Jangan Terlihat sebagai perbandingan atas tulisan Ulil yang saya blockquote.


Salam Persahabatan
ParaDIsE.group